Friday, November 30, 2007

Ludruk Karya Budaya Goes To Festival Bengawan Solo

Sabtu, 01 Des 2007
Persiapan Ludruk Karya Budaya yang Diundang pada Even Nasional Bengawan Solo


Siapkan Lakon Joko Sambang, sebagai Misi Kebudayaan
Menjadi satu-satunya grup ludruk yang dipilih dalam ajang budaya Bengawan Solo Festival 2007, membuat kelompok ludruk pimpinan Cak Edy Karya ini bersiap diri. Sayang, pada kesempatan tersebut Cak Edy sendiri tidak bisa menyertai karena hari ini sudah harus masuk asrama haji untuk berangkat ke Tanah Suci.

KHOIRUL INAYAH, Mojokerto

ALUNAN musik gamelan khas ludruk mengalun di sela-sela rumah warga di Desa Canggu Kecamatan Jetis Kabupaten Mojokerto. Sesekali musik tersebut berhenti, berganti dengan dialog dalam bahasa Jawa khas. Tak lama kemudian diiringi musik lagi.

Demikianlah, hampir setiap hari ada kegiatan di Pondok Jula Juli Karya Budaya, Dusun Sukodono RT 1/RW 2, Desa Canggu Kecamatan Jetis yang menjadi markas Ludruk Karya Budaya yang dipimpin oleh Eko Edy Susanto, kepala cabang Dinas P dan K Kecamatan Magersari Kabupaten Mojokerto ini.
Frekuensi ini semakin ditingkatkan seiring dengan datangnya undangan dari panitia Festival Bengawan Solo 2007 pada 13-16 Desember mendatang.

Apa yang akan dibawa? Cak Edy Karya menuturkan pihaknya akan menampilkan lakon Joko Sambang. Nama ini di Mojokerto sudah cukup terkenal, karena menjadi cikal bakal berdirinya Kabupaten Mojokerto setelah Majapahit runtuh.
Joko Sambang merupakan salah anak satu keturunan Raja Majapahit yang mati muda. Proses perebutan kekuasaan inilah yang akhirnya menewaskan Joko Sambang dalam usia belasan tahun.

Undangan yang ditandatangani ketua panitia Dharsono ini terasa istimewa bagi Cak Edy Karya. Karena even Bengawan Solo Festival sudah cukup terkenal dan menjadi agenda rutin Pemkot Solo. Karena itu, meskipun "hanya" mendapatkan honor Rp 5 juta, pihaknya pun memberangkatkan tim dengan segenap kemampuan maksimal. Padahal, kalau manggung di hajatan bisa mencapai Rp 8 juta per pertujukan. "Ini istimewa karena ada misi budaya," ujarnya.

Selain itu, tampil di ajang festival akan menambah jam terbang dan mentalitas pemain yag terbiasa tampil pada ajang lokal. Meskipun, untuk Ludruk Karya Budaya sendiri bukan lagi bisa disebut kelompok ludruk lokal, karena sudah berkali-kali mendapatkan pennghargaan pada ajang-ajang festival.

Selain itu, masa festival tersebut bagi Karya Budaya termasuk bulan sepi order. Karena memasuki bulan Selo (bulan Jawa, Red). Pada bulan ini, orang Jawa tidak mau membuat hajatan apalagi nanggap ludruk. Selo diartikan keseselan olo (terkena musibah, Red). Sehingga, tidak mengganggu jadwal yang ada. Untuk bulan Desember, ludruk ini baru mulai tampil pada tanggal 17 Desember, sehari setelah datang dari Solo. Tercatat, hingga akhir tahun ada 8 pertunjukan yang harus dilakoni ludruk ini. Antara lain, Lakarsantri Surabaya, Krembug Sidoarjo, Driyorejo Gresik dan beberapa lainnya di Mojokerto.

Selain Ludruk Karya Budaya, yang akan tampil pada ajang ini antara lain beberapa kesenian se-Indonesia.
Misalnya, gamelan Bali, Minangkabau Group, Sanggar Greget Semarang, Seni dan Budaya Sunda Jakarta, Bengkel Seni Kutai Kalimantan Timur, serta Wayang Kulit Solo. (*)

(Harian Radar Mojokerto)

No comments: